teknik mengajar pecahan sesuai dengan kecerdasan kognitif siswa kelas 3 sd
Setelah mengamati beberapa buku dan LKS yang beredar di beberapa sekolah. Dan bertanya ke beberapa siswa kelas 3 SD. Mulai dari sekolah pinggiran sampai sekolah berstandar nasional, dari sekolah negeri dan swasta. Ternyata guru matematika SD/MI hampir sama dalam memberikan penjelasan untuk menyelesaikan masalah MEMBANDINGKAN DUA PECAHAN BIASA yang ada dalam materi matematika kelas 3 semester genap.
Berikut ini kasus yang sering terjadi :
Jika ada soal membandingkan seperti di atas. Banyak guru mengajarkan dengan teknik perkalian silang seperti berikut ini :
>> mengalikan pembilang sisi kiri dengan penyebut sisi kanan
>> mengalikan penyebut sisi kiri dengan pembilang sisi kanan
>> didapatkan 8 … 9 jadi jawabannya 8 < 9 (2/3 < 9)
Ada juga guru yang mengajarkan dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu menggunakan KPK. Namun cara ini sedikit sekali karena terkendala di KPK. Sebagian besar memilih cara INSTAN dengan cara MENGALIKAN SILANG (CEPAT, TEPAT, DAN KENYANG). Kok KENYANG? Berikut ini penjelasannya.
APAKAH CARA INI BOLEH? Boleh-boleh saja cuman untuk kelas 3, guru tidak seharusnya memberikan solusi seperti ini. Karena menurut psikologi perkembangan kecerdasan usia kelas 3 SD harus KONGKRIT/ENAKTIF (belajar dengan nyata). Jika kita mengajarkan cara seperti ini, seperti kita mengajarakan doa berbahasa arab dan anak-anak hafal tapi tidak tahu apa artinya.
Seadainya saya ibaratkan kita adalah orang tua si anak. Tiap hari kita memberi MAKAN MIE INSTAN SIAP SAJI. Selama 3 sampai 6 tahun apa yang terjadi pada anak-anak kita? Pastinya mereka akan banyak mengalami masalah kesehatannya. Akan jadi anak yang sakit-sakitan dan akhirnya akan cacat fisik dan mental. Namun jika anak-anak kita berikan makanan yang sehat seperti nasi, sayur, ikan, buah, dan susu. Insyaallah mereka akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia.
Sisi buruk yan lain, saat mereka duduk di kelas 6 pasti akan mengalami kesulitan jika menemukan soal pecahan apa lagi yang berhubungan dengan soal cerita. Jika hal ini kita pertahankan, maka dapat dipastikan matematika akan menjadi pelajaran yang tidak disukai anak-anak. Matematika akan menjadi pelajaran yang amat sulit karena kita memaksakan cara imajiner kepada anak yang seharusnya berfikir kongkrit.
ingin tahu solusinya klik di sini ya

kegiatan di diklat guru pemandu matematika nasional p4tk matematika yogyakarta
Pastinya siswa kelas 3 akan lebih senang dan benar-benar mengerti konsep pecahan. Pecahan bukan akan menjadi barang yang imajiner bagi mereka. Cara ini juga bisa digunakan untuk mengurutkan pecahan biasa. Nanti di kelas yang lebih atas bisa digunakan untuk mengurutkan pecahan, merubah bentuk pecahan, bahkan pada operasinya. Yang menarik jika dihubungan dengan soal cerita siswa bisa menjawab dengan mudah. Tidak percaya silahkan di coba.
Banyak guru mengatakan pembelajaran ini perlu waktu yang agak lama dalam belajar. Kami katakan benar. Kalau boleh kami kiaskan? Cepat saji mana mie instan dengan makan nasi, sayur, ikan, dan susu? Jelas lebih lama nasi, sayur, ikan, dan susu. Tapi hasil 3 sampai 10 tahun yang akan datang. Siapa yang lebih sehat? Sahabat guru jangan terkecoh dengan yang mudah dan cepat, hal ini boleh kita berikan jika anak-anak sudah benar-benar mengerti konsep yang sebenarnya. Mie instan boleh dimakan maksimal 3 hari sekali (menurut pakar kesehatan).
Selamat mencoba, jika mengalami kesulitan bisa hubungi 085236046665 atau mendatangkan kami di sekolah, kkg, boleh juga diskusi kecil, atau komentar di bawah ini.
AYO MENDIDIK| m. subakri
- www.ayomendidik.wordpress.com | mengajar sehari menginspirasi seumur hidup
- www.bchree.wordpress.com | berbagi energi kebaikan
***************
Posted on Februari 15, 2014, in inovasi pembelajaran matematika and tagged membandingan bilangan pecahan, pecahan kelas 3. Bookmark the permalink. 17 Komentar.
kalau untuk anak kelas 6 sd bisa menggunakan konteks apa ya untuk mengajarkan materi pecahan? mohon idenya,,, terima kasih..
jika tahap enaktif udah bisa, langsung saja ke simbolik atau smart solution
saya sangat setuju sekali dh tulisan ini
Thanks buat infonya… iya bu saya mau tanya sumber buku dari teknik ini apa ya?
diklat guru pemandu matematika nasional p4tk matematika yogyakarta
thnks buat materi ny
betul sekali cara seperti itu ustad, di kelas 4 kur 13 memang masih tetap menggunakan cara tersebut, namun karena anak2 di kelas 3nya dapatnya instan, jadi saya harus ulang mulai awal, dan anak2 memang sangat senang (krn mencoba sendiri) dan cepat faham.
bagaimana dengan mengajarkan pada siswa kelas 4 SD apa bisa seperti diatas?karena materinya sudah menjumlah dan mengurangi
sangat bisa bu ….
iya juga sih.trims ilmunya.saya masih kesulitan mengajarkan anak pembagian dengan “poro gapit”.mohon di share kalo ada ide.
kelas berapa bu? matangkan dulu konsep perkalian, baru pembagiannya, bisa dengan pengurangan berulang, janga poro gapet dulu 🙂
Mungkin krn metode perkalian silang seperti itu, sy masih agak susah ngitung bilngan pecahan… hehe
bisa juga begitu 🙂
pas banget! saya lagi butuh ngajarin ini buat adek saya. caranya dari guru, seperti yang diajar diatas. Nah bingungnya waktu 5 pecahan dijajar terus suruh ngurutin. Saya bilang, pakai KPK saja, nah dianya KPK belum diajarin. Haduhh.. makin repot dah. 😀
tetap saja pakai gambar Mbak, kelas berapa ya adiknya?
kelas 3 sd, pakai gambar yang diajarkan itu ya pak (apa bu ya?)? tapi terbatas penggunaannya pada bilangan2 tertentu. misalnya 2/7 atau 1/9 bagaimana? apa ukuran gambarnya boleh diganti2. misal kita mau pakai penyebut 9, ukurannya 18, supaya gampang buatnya. tapi kan jadi gak efektif. 😦 mohon bantuannya..
bisa pakai kertas berpetak,
tidak selamanya kita mengajarkan pakai gambar, ketika anak sudah mengerti konsep bilangan pecahan secara real, kita boleh tidak menggunakan gambar (dengan simbolis) 🙂
kalau ingin tahu Pak atau Bu klik di bawah ini
https://ayomendidik.wordpress.com/about/
🙂