Pramuka di Dadaku
Masih ingat dengan kepanduan yang sering disebut PRAMUKA?, sekedar mengingatkan yang sudah mulai lupa. Pramuka sekarang sudah jarang diminati oleh banyak siswa dan orang tua. Semakin berubah kondisi jaman ternyata semakin membuat pramuka pudar. Entah apa yang menyebabkan. Pramuka tidak seperti dulu lagi. Bahkan jiwa-jiwa pramukapun sudah kian tak sesuci dulu.
Untuk mengambarkan hal itu saya membuat sebuah puisi. Puisi ini dibacakan oleh salah satu siswi saya Fitrotun Nisa dalam acara PENTAS SENI Jambore Ranting Pasrujambe 21 s.d. 23 Desember 2010 di bumi perkembahan Sembon. Betapa hebatnya siswi saya membawakanya hingga para penonton terbuai dengannya. (terima kasih buat ananda Nisa’).
Pramuka di Dadaku
by_m.subakri
Tunas, tunas pramuka
Kuncup mu kian lama kian langkah
Semerbak wangimu jarang ku jumpa
Entah sirna entah tiada
Tertelan sunyi-senyap malam
Pra —- mu —– ka
Hadirmu tak sewibawa dulu
lambangmu hanya sebatas selogan
jiwamu tak semurni embun di pagi nanti
kini hadir mengusik relung-relung hati
menyatukan penggal-penggal rasa
menyeruak puing-puing semangat
dasa darmaku yang lama berdebu
try satya yang mulai luntur
lihatlah ….
Pramuka yang bukan pramuka
Pandanglah ….
Bagaima muda-mudinya
Dengarkan ….
Kata-katanya
Amati….
Kejujurannya
Sucikah, Fikiran dan permbuatannya ?
Semakin hari negeri ini semakin merana
Merintih dengan generasinya
Terpuruk kehidupan yang hina
Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdo’a
Ingatlah …
Pramuka masih di dada kita
Sadarlah wahai tunas-tunas kelapa
Takperlu kau terlena dengan jaman
Jangan pernah lunturkan dasadarmamu
Bangkitlah demi ibu pertiwi
Semoga terinpirasi menjadi PPRAMUKA SEJATI
Recent Posts :
Posted on Desember 24, 2012, in puisi and tagged kegiatan pramuka, pramuka penggalang, pramuka siaga, puisi pramuka. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0